Dukungan Kader dalam Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap Berat Badan Balita Bawah Garis Merah (BGM)
DOI:
https://doi.org/10.26630/jkep.v15i2.1850Keywords:
Peran Kader, Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P), Status Gizi balitaAbstract
Â
Balita Bawah Garis Merah (BGM) merupakan masalah gizi yang terjadi ketika pertumbuhan anak tidak sesuai standar.Upaya pemerintah untuk mengatasi dengan pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P), yang dimaksudkan untuk memberikan tambahan asupan gizi bagi balita sehingga pertumbuhannya membaik dan berat badannya dapat meningkat.Optimalisasi peran kader dalam mendukung orangtua balita dengan status Bawah Garis Merah diharapkan mampu meningkatkan status gizi anak.Tujuanpenelitian ini mengetahui berat badan anak yang diberikan makanan tambahan pemulihan sebelum dan sesudah mendapat dukungan kader.Jenis penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen One group pre– post test. Sampel penelitian adalah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas Sukaraja Nuban Lampung Timur tahun 2018 sebanyak 15 balita.Analisis data menggunakan uji independen samples t-test.Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dukungan kader dalam Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap berat badan Balita Bawah Garis Merah (BGM) (p-value = 0,000). Optimalisasi peran kader dalam mengatasi status gizi balita efektif dan efisien dalam mengatasi masalah pemantauan pertumbuhan balita, sehingga perlu adanya pendampingan petugas kesehatan.
Â
References
Adisasmito, W. (2010).Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Profil kesehatan data dan informasi profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Data Prevalensi Status Gizi Balita. Lampung: Dinas Kesehatan Lampung.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Lampung.
Fitriyanti, F., & Mulyati, T. (2012).Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Iswarawanti, DN. (2010). Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan Pemberdayaannya Dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak Di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.13 (4): 169 – 173.
Kemenkes RI. (2011).Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Khomsan, A. (2013). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan PMT-P
Onthonie, Hastaty dkk. (2015). Hubungan Peran Serta Kader Posyandu dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangalitu Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2015. Jurnal Keperawatan Unsrat. 3(2): 1-8.
Persagi. (2013). Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita Gizi Kurang Dan Buruk. Jakarta: Persagi
Puskesmas Sukaraja Nuban 2017.Profil Puskesmas Sukaraja Nuban Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur
Saputri, IM. Sulistiyani & Rohmawati, N. (2016). Peran dan Fungsi Kader, Dukungan Sosial Suami, dan Pengetahuan Tentang Budaya Keluarga pada Pelaksanaan Keluarga Sadar Gizi. Pustaka Kesehatan. 4(1): 168-174.
Sari, Dewi Ika H.P.,Santi Anggraini. (2011). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan PMT-P Terhadap Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah BGM Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. 4(1): 1-7.
WHO.(2015). Prevalensi Kejadian Obesitas. USA: Philadelphia.