Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang

Authors

  • Rahmalia Afriyani Stikes Siti Khadijah Palembang
  • Ika Savitri Stikes Siti Khadijah Palembang
  • Nur Sa'adah Stikes Siti Khadijah Palembang

DOI:

https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.640

Keywords:

Age, Education, Exclusive breastfeeding, Occupation, Parity

Abstract

Breast milk is the best food for an infant. Toddlers are faster affected by the chronic diseases such as cancer, heart disease, hypertension, and diabetes when they grow up. The main causes are less quality of getting the exclusive breastfeeding. The percentage of exclusive breastfeeding in Maimunah’s midwifery lab work was only77,09% in 2016. The purpose of this study was to determine those factors that influenced exclusive breastfeeding in Maimunah’s midwifery lab work Palembang. This study was about a quantitative one with a cross-sectional approach and carried on 2nd-15th of August 2016. There were 94 qualified respondents and the data collection was done by using the questionnaire. The data were analyzed by frequency test, chi-square test, and logistic regression. The shown that 62.8% who gave the exclusive breastfeeding, 55,3% didn’t work,  47,9% were in an age of 20-30, 59,6% had high education, and 63,8% had children ≥2. Meanwhile, there was a significant relationship between exclusive breastfeeding with the occupation (p-value=0.000), age (p-value=0.025), education  (p-value=0,020), and parity (p-value=0.022). The result of multivariate analysis shown that influential factors of exclusive breastfeeding were occupational, age and parity. Furthermore, the most influential factor was an occupation with OR = 10.197.  It was suggested to improve the motivation of working mothers to have the exclusive breastfeeding by facilitating them with the corner of breastfeeding in their office.

References

Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang

Rahmalia Afriyani1, Ika Savitri2, Nur Sa’adah3

Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia

,3Program Studi Kebidanan, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia

Email: rahmaliaapriyani@gmail.com

Abstract: Influential Factors of Exclusive Breastfeeding on Toddler in Maimunah’s Midwifery Lab Work Palembang. Breast milk is the best food for an infant. Toddlers are faster affected by the chronic diseases such as cancer, heart disease, hypertension, and diabetes when they grow up. The main causes are less quality of getting the exclusive breastfeeding. The percentage of exclusive breastfeeding in Maimunah’s midwifery lab work was only77,09% in 2016. The purpose of this study was to determine those factors that influenced exclusive breastfeeding in Maimunah’s midwifery lab work Palembang. This study was about a quantitative one with a cross-sectional approach and carried on 2nd-15th of August 2016. There were 94 qualified respondents and the data collection was done by using the questionnaire. The data were analyzed by frequency test, chi-square test, and logistic regression. The shown that 62.8% who gave the exclusive breastfeeding, 55,3% didn’t work, 47,9% were in an age of 20-30, 59,6% had high education, and 63,8% had children ≥2. Meanwhile, there was a significant relationship between exclusive breastfeeding with the occupation (p-value=0.000), age (p-value=0.025), education (p-value=0,020), and parity (p-value=0.022). The result of multivariate analysis shown that influential factors of exclusive breastfeeding were occupational, age and parity. Furthermore, the most influential factor was an occupation with OR = 10.197. It was suggested to improve the motivation of working mothers to have the exclusive breastfeeding by facilitating them with the corner of breastfeeding in their office.

Keywords: Age, Education, Exclusive breastfeeding, Occupation, Parity

Abstrak: Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Balita akan lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa jika tidak mendapatkan ASI eksklusif. Di wilayah kerja BPM Maimunah masih terdapat balita yang tidak mendapat ASI eksklusif hal ini ditandai angka cakupan ASI eksklusif sebesar 77,09% pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di BPM Maimunah Palembang tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-15 Agustus 2016. Jumlah responden yang memenuhi kriteria penelitian diambil secara accidental sampling sebanyak 94 orang.Data dikumpulkan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara univariat dengan uji frekuensi, bivariate dengan menggunakan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar responden yang memberikan ASI Eksklusif (62,8%), tidak memiliki pekerjaan (55,3%), berusia 20-30 tahun (47,9%), berpendidikan tinggi (59,6%), jumlah anak ≥2 (63,8%) sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan pekerjaan (p-value=0.000), umur (p-value=0.025), pendidikan (p-value=0,020, dan paritas (p-value=0.022). Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah pekerjaan, umur dan paritas sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah pekerjaan dengan OR=10,197. Disarankan untuk meningkatkan motivasi ibu berkerja dalam memberikan ASI secara eksklusif dengan cara pengadaan pojok ASI di tempat berkerja.

Kata kunci: Umur, Pendidikan, ASI Eksklusif, Pekerjaan, Paritas

Air Susu Ibu (ASI) tetap merupakan makanan terbaik untuk bayi karena selain memberikan semua unsur gizi yang dibutuhkan, ASI mengandung komponen yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi.ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Menurut WHO, 98% wanita mempunyai kemampuan fisiologis untuk menyusui, jadi hanya 2% saja yang tidak dapat menyusui dengan alasan kemampuan fisiologis (BPPOM RI, 2008). Lebih lanjut Anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa, kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan obesitas (Amirudin, dkk, 2007).

ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh ibu, sehingga bayi memiliki kekebalan dan terhindar dari penyakit di awal kehidupannya. Bayi menjadi cerdas karena ASI mengandung nutrisi yang mendukung pesat otak bayi yang sedang terjadi diperiode emas ini. Hormon yang terdapat di dalam ASI menciptakan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik, dan membantu membuat bayi tertidur setelah menyusu, ini dibutuhkannya untuk bertumbuh. Menyusui secara psikologis baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.Ibu tetap bisa melakukan kegiatan sambil menyusui. Bayi tetap mendapat manfaat dari kehangatan dan keamanan karena meringkuk ke tubuh ibu (Depkes RI, 2014).

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) presentasi bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia tahun 2010 yaitu sebesar 90,3% kemudian mengalami penurunan yaitu sebesar 54,3% pada tahun 2013. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 52,3% (Kemenkes RI, 2014).

Dinkes Sumatera Selatan tahun 2015 menyebutkan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif yang terhimpun menurut laporan ASIE Dinkes Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 sebesar 63,77% mulai mengalami penurunan sebesar 0,33% pada tahun 2014 menjadi 63,44%, namun demikian belum mencapai target RPJMD 2014-2018 sebesar 80% (Dinkes Sumatera Selatan, 2014)

Cakupan pemberian ASI Eksklusif untuk Kota Palembang tahun 2013 sebesar 71,13%. Cakupan ini masih jauh di bawah target pencapaian pemberian ASI Eksklusif Indonesia yaitu 80% (Dinkes Kota Palembang, 2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah pekerjaan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, dan paritas, alasan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif adalah ASI yang tidak cukup, ibu bekerja, bayi yang tidak diberi ASI tetap berhasil menjadi orang, dan susu formula lebih praktis dibandingkan dengan ASI (Roesli, 2007).

Berdasarkan data yang didapatkan di BPM Maimunah Palembang, cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 29 balita (80,5%) dari 36 kunjungan balita pada tahun 2013 terjadi peningkatan kunjungan menjadi 81 balita (67,5%) dari 120 kunjungan balita pada tahun 2014 kemudian mulai mengalami peningkatan yaitu sebesar 101 balita (77,09%) dari 131 kunjungan balita pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 dimulai dari bulan januari sampai dengan maret sebesar 15 balita (57,6%) dari 26 kunjungan balita (BPM Maimunah Palembang, 2016). Berdasarkan uraian teoritis dan data faktual di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode bersifat kuantitatif yang bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi >6 bulan di BPM Maimunah Tahun 2016. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi >6 bulan di BPM Maimunah pada saat penelitian berlangsung. Dilakukan pada tanggal 2-15 Agustus 2016. Data dianalisis secara univariat melalui uji frekuensi, bivariat melalui uji Chi-Square Tes (X2) dan multivariat melalui uji regresi logistik.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden

Variabel Jumlah %

Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

Tidak ASI Eksklusif

,8

,2

Pekerjaan

Tidak bekerja

Bekerja 52

55,3

,7

Umur

-30 tahun

<20tahun->30 tahun 45

47,9

,1

Pendidikan

Tinggi

Rendah

Paritas

<2 anak

≥2 anak

,6

,4

,2

,8

Distribusi frekuensi karakteristik responden terlihat pada Tabel 1. Sebagian besar responden memeberikan ASI secara eksklusif (62,8%), tidak memiliki pekerjaan (55,3%), umur dengan kategori <20 tahun->30 tahun (52,1%), pendidikan dalam kategori tinggi (59,6%), dan memiliki ≥2 anak (63,8%) dari 94 orang responden.

Tabel 2. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Variabel penelitian p-value OR Confidence Interval

Pekerjaan 0,000* 5,833 2,194 – 15,506**

Umur 0,025* 2,967 1,230 – 7,160**

Pendidikan 0,020* 3,037 1,274 – 7,242**

Paritas 0,022* 3,375 1,275 – 8,937**

*α=0,005; ** 95% confidance interval

Faktor yang Mempengaruhi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik didapatkan model yang fit Setelah melalui 1 tahapan analisis menggunakan metode Backward wald ditunjukan pada tabel 3.

Tabel 3. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Variabel Koef p-value OR Confidance interval

Pekerjaan 2.322 0.000* 10.197 3.172 32.785

Umur 1.508 0.006* 4.519 1.527 13.378

Paritas 1.421 0.015* 4.143 1.325 12.954

Constant 3.766 0.000 0.023

*α=0.005

Ketepatan model ini berdasarkan uji hosmer and Lemeshow test didaptkan nilai p=0,089>0,005 artinya dapat dilakukan uji hipotesis lebih lanjut karna tidak terdapat perbedaan antara model dan nilai observasinya dan ketepatan model ini sebesar 72,3%. Probabilitas pemberian ASI eksklusif pada balita di BPM Maimunah Palembang 81,5% pada ibu yang tidak bekerja, umur 20-30 tahun, paritas <2.

PEMBAHASAN

Hubungan antara Pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan berarti p-value 0,000, yang berarti ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif di BPM Maimunah Palembang. Nilai OR=5,833 artinya responden yang tidak bekerjamempunyai kecenderungan 5,833 kali lebih besar menyusui eksklusif dibandingkan responden yang bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki waktu yang cenderung lebih banyak untuk memberikan ASI kepada balitanya hal ini disebabkan oleh karena oleh adanya anggapan bahwa anak merupakan investasi di masa yang akan datang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Awaliyah (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 26 orang (56,5%). Sementara itu sebagian lain dari responden tidak bekerja yaitu sebanyak 20 orang responden (43,5%). Setelah dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi square yaitu p=0,004 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Ponkesdes Pilang Kabupaten Sidoarjo.

Perilaku pemberian ASI eksklusif lebih banyak dijumpai pada responden yang bekerja dibanding responden yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih sungguh-sungguh punya kemauan yang kuat untuk menyusui bayinya dibanding ibu yang tidak bekerja (Athu, 2004).

Hubungan antara Umur dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil analisis bivariat p=0,025 untuk variabel umur, hal ini berarti terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Lebih lanjut nilai OR=2,967 artinya responden yang berada pada kelompok umur 20-30 tahun mempunyai kecenderungan 2,967 kali lebih besar menyusui eksklusif dibandingkan responden yang berada pada kelompok umur <20 tahun->30 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena responden yang peduli akan kesehatan untuk keluarganya mayoritas responden yang berusia dalam rentang 20-35 tahun. Responden dalam rentang usia 20-35 tahun juga lebih banyak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya dikarenakan pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif jauh lebih baik dibandingkan dengan ibu berusia <20 tahun yang cenderung mengandalkan informasi kesehatan tentang bayi maupun pemberian ASI Eksklusif dari keluarganya. Sedangkan pada usia >35 tahun mulai mengalami perubahan pada hormon sehingga produksi ASI yang dihasilkan berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hilala (2013) yang menunjukkan bahwa dari 65 responden, responden yang tidak memberikan ASI eksklusif usia <30 tahun yaitu sebesar 16 orang (47,1%), usia >30 tahun sebanyak 30 orang (96,8%), sedangkan responden yang memberikan ASI eksklusif usia <30 tahun sebanyak 18 orang (52,9%), dan usia >30 tahun sebanyak 1 orang (3,2%) Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai p-value (0,000)<α (0,05) menggambarkan ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi yang dilahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun ke atas di mana produksi hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada usia remaja 20 tahun kebawah perkembangan fisik, psikologis, maupun sosial belum siap sehingga dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI (Arini, 2012).

Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan p-value=0,020. Nilai OR=3,037 artinya responden dengan pendidikan tinggi mempunyai kecenderungan 3,037 kali lebih besar menyusui eksklusif dibandingkan responden dengan pendidikan rendah, hal ini dikarenakan bahwa responden dengan pendidikan tinggi mampu menerima informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif dan lebih mempunyai pengetahuan yang luas tentang ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Atabik (2014) menunjukkan bahwa responden yang menyusui secara eksklusif dan memiliki pendidikan tinggi sebanyak 14 orang (24,1%) sedang yang memiliki pendidikan rendah namun menyusui secara eksklusif sebanyak 4 responden (6,9%). Responden yang menyusui secara non eksklusif dan memiliki tingkat pendidikan tinggi ada sebanyak 11 orang (19,0%), sedangkan yang memiliki pendidikan rendah dan menyusui anaknya secara non eksklusif sebanyak 29 orang (50,0%).

Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya juga mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan mempunyai perhatian lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula (Susanti, 2000).

Hubungan antara Paritas dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil uji statistik menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif (p-value=0,022). Diperoleh pula nilai OR=3,375 artinya responden yang berada pada kelompok yang memiliki anak <2 mempunyai kecenderungan 3,375 kali lebih besar menyusui eksklusif dibandingkan responden berada pada kelompok yang memiliki anak ≥2. Responden yang memiliki anak lebih dari satu cenderung lebih memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dikarenakan responden telah mempunyai pengalaman dalam mengasuh anaknya dan memberikan ASI.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Awaliyah (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif di Ponkesdes Pilang Kabupaten Sidoarjo dan keeratan hubungannya sangat rendah (p=0,056).

Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta berpengaruh pula terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif (Roesli, 2000).

Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik didapatkan tiga variabel yang secara signifikan mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif pada balita di BPM maimunah Palembang yaitu variabel pekerjaan, umur dan paritas. Variabel pakerjaan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pemberian ASI ekslusif. Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk merawat balitanya maka dari itu pekerjaan merupakan faktor penentu keberhasilan pemberian ASI secara ekslusif pada balita di BPM Maimunah Palembang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Dahlan, dkk (2013) ibu tidak bekerja memiliki kemungkinan lebih besar memberikan ASI ekslusif, lebih lanjut hasil penelitian yang dilakukan Kurniawan (2013) menunjukan bahwa status pekerjaan ibu memiliki hubungan negatif yang bermakna terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI secara ekslusif.

SIMPULAN

Sebagian besar responden memeberikan ASI secara eksklusif (62,8%), tidak memiliki pekerjaan (55,3%), umur dengan kategori <20 tahun->30 tahun (52,1%), pendidikan dalam kategori tinggi (59,6%), dan memiliki ≥2 anak (63,8%).

Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p-value=0,000), umur (p-value=0,025), pendidikan (p-value=0,020), paritas (p-value=0,022) dengan pemberian ASI Ekslusif di BPM Maimunah Palembang tahun 2016.

Pekerjaan, Umur dan Paritas mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif sebesar 72,3%, dengan faktor yang dominan yaitu pekerjaan (OR=10,197).

SARAN

Dukungan petugas kesehatan, lewat penyuluhan sangat penting agar informasi tentang ASI eksklusif dapat tersampaikan kepada ibu dengan benar sehingga ASI eksklusif bisa berhasil, dan manfaat ASI dapat dirasakan. Peningkatan motivasi ibu dalam memberikan asi juga bisa dilakukan dengan cara memfasilitasi ibu bekerja dengan tempat memberikan ASI atau pojok ASI di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin R, dkk. 2007. Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare). Makasar: Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Hasanudin.

Arini H. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: FlashBooks.

Atabik, A., 2014. Faktor Ibu yang Berhubungan Dengan Praktik Pemberian ASI Ekklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan. Unnes Journal of Public Health, 3(1).

Athu, P. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Unit Post Partum RSIA Fatima Ketapang.

Awaliyah, R. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu di Ponkesdes Pilang Kabupaten Sidoarjo. [Skripsi]. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya.

BPM Maimunah Palembang. 2016. Data Kunjungan Balita dan Data ASI Eksklusif pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 (Medical Record).

BPPOM RI. 2008. Kenali Laktosa Lebih Lanjut. InfoPOM, vol 9, NO 1.

Dahlan, A., Mubin, F., & Mustika, D. N. 2013. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Kebidanan, 2(2), 56-60.

Depkes RI. 2014. Booklet penggunaan lembar balik Keluarga Sehat Idaman ku, Kota Sehat Kota ku. Jakarta.

Dinkes Sumatera Selatan. 2014. Rencana Strategi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan 2014-2018. Palembang.

Dinkes Sumatera Selatan. 2015. Laporan ASIE Tahun 2015. Palembang.

Dinkes Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan 2013. Palembang.

Hilala, A. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Tahun 2013. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia, Cakupan Pemberian ASI Eksklusif tahun 2014. Jakarta.

Kurniawan, B. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27, No 4.

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya.

Roesli, U. 2007. Inisiasi Menyusui Dini. Cetakan II. Jakarta: Pustaka Bunda.

Susanti, R. 2000. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif (Studi Desa Tidu Kecamatan Bikareja). [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Diponegoro.

Downloads

Published

30-09-2018