Perbedaan Determinan Balita Stunting di Pedesaan dan Perkotaan di Provinsi Lampung

Authors

  • Arie Nugroho Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
  • Sefanadia Putri Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

DOI:

https://doi.org/10.26630/jkep.v15i2.1499

Keywords:

Stunting, perkotaan, pedesaan

Abstract

Stunting merupakan indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi dalam jangka waktu lama dan berkaitan dengan adanya proses perubahan patologis. Data menunjukan bahwa prevalensi stunting di wilayah pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan balita Stunting usia 2 – 5 tahun di pedesaan dan perkotaan. Penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Subjek yang dijadikan kasus adalah balita stunting usia 2-5 tahun yang terdiri dari 32balita stunting di pedesaan dan 32balita stunting di perkotaan. Variabel yang diamati meliputi berat lahir, panjang lahir, tinggi badan ibu, pemberian ASI ekslusif, MP-ASI dini, dan sosial ekonomi. Analisis data dilakukan dengan uji t, mann whitney, uji chi squere dan atau fisher. Hasil penelitian ada perbedaan berat lahir, tinggi badan ibu dan sosial ekonomi di desa dan di perkotaan. Hasil tersebut merekomendasikan agar kegiatan ANC perlu dilakukan secara rutin oleh ibu hamil terkait dengan berat badan lahir serta peran serta Pemerintah daerah untuk meningkatkan status sosial ekonomi warganya.

References

Anugraheni, HS& Kartasurya, MI. (2012).Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Eprints Undip.

BAPENAS. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.BAPENAS: Jakarta.

Candra A, Puruhita N, Susanto JC. (2011).Risk Factors of Stunting among 1-2 Years Old Children in Semarang City.Media Medika Indonesia. 45: 206-212.

Dewey KG. (2012). Technical Meeting on The Long-term Consequences of Chronic Undernutrition in Early Life. Unicef; August 2012, New York [cited June 3, 2017]. Download from http://cdn.livestream.com/events/unicef1/6_Dewey_Session4_Programming_Revised.pdf

Horta BL, Bahl R, Martines JC, Victoria CG.(2007). Evidence on the long-term effects of breastfeeding.WHO: Geneva, Switzerland.

Husein Al-Anshori & Nuryanto. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan (Studi Di Kecamatan Semarang Timur). Eprints Undip.

Janirah Jihad, Ode Ali Imran Ahmad, Ainurafiq. (2016). Analisis determinan kejadian stunting pada balita usia 12-24 bulan Di wilayah kerja puskesmas puuwatu kota kendari tahun 2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Kemenkes.(2010). SK Menkes 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Gizi: Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes: Jakarta.

Kiely JL, Yu S, Rowley DL.(2013). Low Birth weight and intrauterine growth retardation.CDC public health surveillance for women, infants and children. [serial online] [cited 2013 March 12th] Available from: URL: http://www.cdc.gov/

Kusharisupeni.(2003). Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi : sebuah studi prospektif. J Kedokter Trisakti. 23.

Muchina &Waithaka (2010). Relationship between breastfeeding practices and nutritional status of children aged 0-24 months in Nairobi, Kenya. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development.10.

Nadiyah, Briawan dan Martianto.(2014). Faktor risiko stunting pada anak usia 0—23 bulan Di provinsi bali, jawa barat, dan nusa tenggara timur .Jurnal Gizi dan Pangan.9: 125—132.

Nasikhah, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Nugroho, A, & Musabiq, S. (2018).Gizi 1000 HPK. CV Anugrah Utama Raharja: Bandar Lampung.

Nugroho, A, (2016).Growth Failure (Stunting) pada anak umur 1 s/d 3 tahun yang lahir dengan berat badan normal di Kecamatan Tanjungkarang Barat Kota Bandar Lampung.Jurnal Kesehatan. 7.

Oktarina, Z & Sudiarti, T.(2013).Faktor risiko stunting pada balita (24—59 bulan) di sumatera.Jurnal Gizi dan Pangan.8(3): 175—180.

Paudel, R; Pradhan, B; Wagle, RR; Pahari, DP; Onta, SR.(2012). Risk Factors for Stunting Among Children: A Community Based Case Control Study in Nepal. Kathmandu University Medical Journal. 10

Rahayu, L.S& Sofyaningsih, M. (2011).Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Perubahan Status Stunting Pada Balita di Kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.Jurnal Proseding Nasional“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesiaâ€.

Renyoet, BS; Martianto, D &Sukandar, D. (2013). Potensi kerugian ekonomi karena stunting pada balita Di indonesia tahun 2013. J. Gizi Pangan, 11.

Supartini, Y. (2004).Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. EGC: Jakarta.

Susilowati; Kusharisupeni; Fikawati, S, &Achmad, K. (2010).Breast feeding duration and children’s nutritional status at age 12-24 months.Paediatrica Indonesiana. 50(1): 56-61.

Taguri, A.E; Ibrahim, B; Salah, M.M; Abdel M.A; Oliver, G; Pilar, G& Serge, H. (2008).Risk factors for stunting among under-fives in Libya.Public Health Nutrition.12(8): 1411-1149.

UNICEF.(2013). Report Improving Child Nutrition: The Achievable imperative for global progress. UNICEF: Genewa.

WHO. (2016). WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief. WHO: Genewa.

Downloads

Published

2020-01-15