Prediktor Faktor Menstruasi dan Asupan Fe terhadap Peningkatan Kejadian Anemia pada Remaja Putri

Abstract

Background: Anemia in adolescent girls is a common problem, especially in developing countries. The impact of anemia on the life cycle until pregnancy and is a cause of fetal development disorders, even maternal bleeding. Purpose: The purpose of this study was to estimate the relationship between sedative factors and anemia in adolescent girls after controlling for other variables, namely BMI, knowledge, tea-drinking pattern, and intake of Fe tablets. Methods: The study design used a cross-sectional study with an estimation model. The main independent variables were menstrual disorders and confounding variables, namely BMI, knowledge, drinking tea, and intake of Fe tablets. The research sample consisted of 69 young women obtained by the total population technique. Data analysis using multivariate analysis with multiple logistic regression test. Results: The results showed that the incidence of anemia in adolescents was 68.1%. The analysis showed that there was a significant relationship between the incidence of anemia in adolescent girls with menstrual disorders (p-value 0.001; OR 6.250; ORa 6.679), BMI (p-value 0.032; OR 3,960), knowledge (p-value 0.050; OR 3.083), and Fe tablet intake (ORa 3.025), while the tea-drinking factor did not show any relationship. Conclusion: The multivariate estimation model concludes that the incidence of anemia in adolescent girls increases six times when experiencing menstrual disorders after controlling for iron intake and adolescent girls who do not consume iron tablets increase by three times experiencing anemia.

Latar Belakang: Anemia pada remaja putri merupakan masalah yang umum dijumpai terutama dinegara-negara berkembang. Dampak anemia pada siklus kehidupan sampai saat hamil dan menjadi penyebab gangguan perkembangan janin, bahkan perdarahan ibu bersalin. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengestimasi hubungan faktor mentrsuasi dengan kejadian anemia pada remaja putri setelah mengontrol variabel lain, yaitu IMT, pengetahuan, pola minum teh dan asupan tablet Fe. Metode: Rancangan penelitian menggunakan studi cross sectional study dengan model estimasi, sebagai variabel independent utama adalah gangguan menstruasi dan variabel confounding, yaitu IMT, pengetahuan, minum teh dan asupan tablet Fe. Sampel penelitian berjumlah 69 remaja putri yang diperoleh dengan teknik total populasi. Analisis data digunakan analisis multivariat dengan uji multiple regresi logistik. Hasil: Hasil penelitian diperoleh kejadian anemia pada remaja berjumlah 68,1%. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan signifikan kejadian kejadian anemia remaja putri dengan gangguan menstruasi (p-value 0,001; OR 6,250; ORa 6,679), IMT (p-value 0,032; OR 3,960), pengetahuan (p-value 0,050; OR 3,083), dan asupan tablet Fe (ORa 3,025), sedangkan faktor minum the tidak menunjukkan ada hubungan. Simpulan: Model estimasi multivariat menyimpulkan kejadian anemia remaja putri menjadi meningkat enam kali pada remaja, bila mengalami gangguan menstruasi setelah dikontrol faktor asupan tablet Fe dan remaja putri yang tidak mengkonsumsi tablet Fe meningkatkan sebesar tiga kali mengalami anemia