Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jumlah Mikroba Pada Kecap Manis Isi Ulang Yang Digunakan Penjual Bakso Di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung

Authors

  • MISBAHUL HUDA JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
  • MARIA TUNTUN SIREGAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

DOI:

https://doi.org/10.26630/jak.v4i1.420

Keywords:

Kecap manis isi ulang, Penjual bakso, Angka Lempeng Total, Angka kapang

Abstract

Salah satu bahan penyedap makanan yang diperdagangkan adalah kecap. Selain nilai gizi, makanan harus terhindar dari pencemaran mikroorganisme terutama bakteri yang merupakan sumber penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroba dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang dan berapa persentase kecap manis isi ulang  yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung yang tidak memenuhi syarat SNI No. 01-3543-

1999 yaitu maksimal 105 koloni bakteri/gram dan angka kapang 50 koloni/gram. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel jumlah bakteri dan angka kapang. Penelitian ini dilakukan

dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Setelah dilakukan perhitungan jumlah ALT pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung didapatkan ALT bakteri antara 1,8 x 103 koloni/gram sampel sampai 27,2 x 106 koloni/gram sampel dan angka kapang berjumlah antara

4 koloni/gram sampai 346 koloni/gram. Sebanyak 20 (80%) sampel tidak memenuhi syarat jumlah bakteri sesuai SNI No. 01-3543-1999 yaitu maksimal 105 koloni/gram, dan sebanyak 17 (68%) sampel tidak memenuhi syarat angka kapang sesuai SNI No 01-3543-1999 yaitu maksimal 50 koloni/gram sampel, dan tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan jumlah mikroba pada kecap manis isi ulang yang digunakan penjual bakso di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung.

References

Astawan, 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang Dan Biji-Bijian. Penebar Swadaya. Jakarta. 171 halaman.

Buckle, A Edward. H Fleet. dan M Wootton. 2009. Ilmu Pangan, Penerjemah Adiono P. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 364 halaman.

BPOM RI. 2003. Analisis Mutu Mikrobiologi, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi III- BPOM. 21 halaman.

BPOM RI. 2003. Mikroba Patogen. Direktorat Surveilandan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi III-BPOM. Jakarta. 19 halaman

BPOM RI. 2008. InfoPOM (Pengujian Mikrobiologi Pangan) volume 9. http://www.perpustakaan.pom.go.id/kolek- si lainnya/infoPOM/0208.pdf. 9 halaman.

BPOM RI. 2006. Katagori Pangan. Direktorat Syaratisasi Produk Pangan. Jakarta. 231 halaman.

Departemen Kesehatan RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Malang. 198 halaman.

Irianto, Kus. 2007, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Yrama Widya. Bandung. 253 halaman.

Rahayu, P Winiati. 2012. Mikrobiologi Pangan. IPB Press. Bogor. 132 halaman.

Silalahi, Jansen. 2006, Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 143 halaman.

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Penerbit AAK. Yogyakarta. 140 halaman

Syarat Nasional Indonesia. 1999. Kecap Kedelai No. 01 – 3543- 1999.

Supardi, Imam. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung. 290 halaman.

Winarno, F G. 2004. Keamanan Pangan

Jilid 3. M- Brio Press. Bogor.

Published

2017-05-18